Minggu, 6 Juli 2025
  • ARicon bendera arab
  • EN
  • IDbendera indonesia
Muhammadiyah Media
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah Media
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah Media
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
Home Profile Tokoh

FATMAWATI, Tokoh Aisyiyah dan Pahlawan Nasional

LabMu by LabMu
1 tahun ago
in Profile Tokoh
Reading Time: 4 mins read
A A
fatmawati tokoh nasional

Fatmawati binti Hassandin tidak hanya berjasa dalam menjahit Sang Saka, bendera Merah Putih pertama Republik Indonesia. Tetapi juga seorang ibu negara yang tangguh dalam menjaga bara api perjuangan sang suami, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia Soekarno untuk tetap menyala dalam masa-masa sulit di bawah penindasan Jepang, masa menuju kemerdekaan, hingga masa-masa sulit mempertahankan kemerdekaan di bawah serangan Agresi Militer Belanda 1 dan 2.

Berasal dari Keluarga Muhammadiyah

Meskipun gerak dakwah Muhammadiyah di Sumatera secara resmi baru ditetapkan pada 1925 melalui pendirian Cabang Muhammadiyah pertama di Maninjau oleh AR Sutan Mansur, secara kultural dakwah Muhammadiyah ditengarai telah sampai di pulau Sumatera beberapa tahun sejak kelahirannya pada 1912 di Yogyakarta.

Salim dan Hardiansyah dalam Napak Tilas Jejak Muhammadiyah Bengkulu (2019) mencatat secara kronik, jejak kultural dakwah progresif yang kelak menjadi cikal bakal Muhammadiyah telah sampai di Bengkulu pada 1915 oleh para pendakwah Islam dari Minangkabau.

Baca Juga

Djuanda Kartawidjaja, Tokoh Muhammadiyah Penggagas Indonesia Maritim Dunia

dr. Soetomo, Pahlawan Nasional dan Tokoh Kedokteran Muhammadiyah

Buya Hamka, MUI dan Fatwa Perayaan Natal Bersama, Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

Saat Fatmawati lahir pada 5 Februari 1923, Muhammadiyah belum memiliki cabang resmi di luar Jawa. Tetapi, antara tahun tersebut hingga 1925 saat kedatangan pendiri Sarekat Ambon Alexander Jacob Patty di Bengkulu untuk menjalani masa pembuangannya, ditengarai sebagai tahun berdirinya Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi pergerakan di Bengkulu.

Ancaman Belanda pada Keluarga

Dalam otobiografi Fatmawati, Catatan Kecil Bersama Bung Karno (1985) Muhammadiyah ketika itu langsung memanfaatkan kehadiran AJ Patty untuk turut berkiprah dalam pengembangan pendidikan Muhammadiyah—yang kemudian segera dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai ancaman.

Keputusan Muhammadiyah Bengkulu itu mengakibatkan ayah Fatmawati, Hassandin—yang merupakan pegawai perusahaan lima besar Belanda bernama Borsumy (Borneo-Sumatera Maatschappij) sekaligus menjabat sebagai sekretaris Muhammadiyah—dituntut oleh pemerintah kolonial untuk memilih satu di antara dua pilihan: keluar dari Borsumy atau menghentikan kegiatannya di Muhammadiyah yang seringkali konfrontatif terhadap pemerintah melalui rapat atau arak-arakan yang berujung di kantor polisi.

Suasana tanah air pada 1923-1930 yang subur oleh pergerakan nasional membuat Hassandin tidak berpikir panjang untuk keluar dari zona nyaman menjadi pegawai Borsumy dan memulai hidup dengan pendapatan tak menentu atas keputusannya untuk tetap berkhidmah pada Muhammadiyah sebagai jalur perjuangan kemerdekaan.

Tak kalah dengan Hassandin yang terkenal militan pada Muhammadiyah, ibu Fatmawati—Siti Jubaidah aktif di dalam ‘Aisyiyah guna memberikan ketrampilan atau mengajar baca tulis.

Saat Fatmawati menginjak usia remaja, baik Hassandin maupun Siti Jubaidah telah menjabat sebagai konsul Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Oleh keduanya, Fatmawati selalu dilibatkan dalam konferensi Muhammadiyah yang digelar setiap tahun untuk menyanyi atau membaca Al-Qur’an.

Soekarno Meminang Fatmawati

Sejak Fatmawati lahir hingga dewasa, kesulitan ekonomi sama sekali tidak menghentikan laju khidmat Fatmawati dan kedua orangtuanya untuk menghidupkan pergerakan Muhammadiyah. Saat Bung Karno diasingkan di Bengkulu bersama istrinya Inggit Garnasih pada 1938, Fatmawati yang terpaksa berhenti sekolah dasar tingkat 5 tetap giat dalam organisasi Nasyi’atul ‘Aisyiyah.

Kedatangan Bung Karno yang berkawan dengan Hassandin menjadi perantara bagi Fatmawati untuk bertemu dengan Pastor Cobben—yang menjamin pembiayaan sekolah Fatmawati di Sekolah Katolik.

Sosok Fatmawati yang sopan, cerdas, dan pandai dalam bernyanyi membuat dirinya mendapatkan peran langka di Sekolah Katolik itu untuk memerankan Bunda Maria pada perayaan Natal 24 Desember 1988—sekaligus menyanyikan kidung Natal Stille Nacht—yang disaksikan langsung dan disambut baik oleh para pastor, suster, Soekarno, Inggit, dan kedua orangtua Fatmawati yang terkenal sangat taat dalam beragama: Hassandin dan Siti Jubaidah.

Saat Fatmawati menginjak usia 17 tahun, Soekarno memberanikan diri melamar Fatmawati. Soekarno beralasan 18 tahun pernikahannya bersama Inggit tidak kunjung memberikan keturunan sementara Ibunda Soekarno yang telah berusia senja di Blitar terus menanyakan kapan bisa memiliki cucu.

Mendengar lamaran Soekarno, Fatmawati menjawab bahwa sebagai perempuan Muhammadiyah, Fatmawati tidak mau dipoligami.

Atas alasan tersebut, Soekarno harus bersabar selama tiga tahun untuk menceraikan Inggit Ganarsih secara baik-baik dengan bantuan para sahabatnya terutama Hatta, Ki Hadjar Dewantoro, pengurus pusat Muhammadiyah Kiai Mas Mansyur hingga tokoh Muhammadiyah Bengkulu Oey Tjeng Hien.

Setelah urusan dengan Inggit selesai, pada tahun 1943 pernikahan melalui wali pun dilaksanakan antara Fatmawati yang berada di Bengkulu dengan Soekarno yang berada di Jakarta.

Mengawal Sang Saka Revolusi

1 Juni 1943 Fatmawati bersama kedua orangtuanya mulai tinggal di Jakarta. Mereka tinggal di kediaman Kiai Mas Mansyur hingga pekan kedua sebelum berpindah ke rumah Soekarno di Pegangsaan Timur 56.

Tinggal di sana, Fatmawati mulai menjalani hidup sebagai istri pejuang revolusi. Dirinya mulai berkenalan dengan berbagai tokoh nasional seperti Hatta, Radjiman, Ki Hadjar Dewantoro, Syahrir hingga para perwira tinggi kemiliteran Jepang yang dekat dengan Soekarno seperti Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda.

Fatmawati mencatat saat usia kandungan anak pertamanya—Muhammad Guntur Soekarno Putra—berusia sembilan bulan di antara Oktober-November tahun 1944, seorang perwira Jepang datang ke rumahnya membawa dua macam kain sesuai warna bendera Jepang, merah dan putih, yang segera ia jahit sebagai bendera yang kelak dikenal sebagai bendera Indonesia.

Menjadi istri sang proklamator, Fatmawati menjadi saksi pidato lahirnya lima sila (Pancasila) oleh suaminya, Soekarno dalam sidang PPPK (Panitia Penyelidik Persiapan Kemerdekaan) Indonesia pada 1 Juni 1945.

Saat momentum kemerdekaan dirasakan sudah dekat, tepatnya dua hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, Fatmawati, Soekarno dan Muhammad Guntur Soekarno Putra yang masih bayi diamankan oleh para pemuda selama dua hari di Rengasdeklok.

Setelah melalui perjalanan berliku, akhirnya Indonesia mendapatkan momentum memproklamirkan Kemerdekaan pada hari Jum’at bulan Ramadhan 17 Agustus 1945. Bendera yang dijahit oleh Fatmawati lebih dari delapan bulan sebelumnya akhirnya dikibarkan untuk pertama kali diiringi lagu Indonesia Raya karya W.S Supratman.

Fatmawati Menjadi Pahlawan Nasional

Ujian berat Fatmawati dan Soekarno justru dimulai setelah Proklamasi 17 Agustus 1945. Usaha-usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia diuji secara berat di tengah-tengah peperangan hingga selesainya Agresi Militer II pada akhir tahun 1948.

Setelah kelahiran anak kelimanya, Mohammad Guruh Soekarno Putra, Fatmawati berpisah dengan Soekarno seiring berita bahwa Soekarno hendak memperistri Hartini. Fatmawati setia pada janjinya bahwa perempuan Muhammadiyah tidak mau dipoligami.

Setelah berpisah dengan Soekarno, Fatmawati tetap berkiprah bagi pengembangan dakwah Muhammadiyah hingga akhir hayatnya. Dari pernikahan dengan Soekarno, ia dikaruniai lima anak, tiga diantaranya adalah perempuan yakni Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri dan Soekmawati.

Atas jasanya terhadap revolusi kemerdekaan, 4 November 2000 Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid melalui Keppres Nomor 118/TK/2000 menetapkan Fatmawati sebagai Pahlawan Nasional.

Untuk mengenang jasanya dalam mengawal Revolusi, bertepatan dengan hari lahir Fatmawati pada 5 Februari 2020, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meresmikan patung Fatmawati Soekarno karya pemahat Garuda Wisnu Kencana I Nyoman Nuarta di Simpang Lima Ratu Samban, Bengkulu. Patung dari tembaga setinggi 7 meter itu rencananya akan dikembangkan sebagai ikon kota Bengkulu.

“Monumen ini menjadi penanda bukti hormat kita atas perjuangan beliau Ibu Fatmawati. Mengingatkan kita semua anak-anak bangsa generasi penerus untuk meneladani sikap kenegarawanan Ibu Fatmawati. Memotivasi bangkitnya sikap-sikap kepahlawanan, rela berkorban untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa,” tutur Presiden Joko Widodo dalam kesempatan tersebut.

Naskah: Affandi

Editor: Fauzan AS

Terkait

Tags: FatmawatiTokoh Nasional
Share304Tweet190SendShare
Previous Post

Enam Hikmah Menunaikan Zakat Fitri

Next Post

dr. Soetomo, Pahlawan Nasional dan Tokoh Kedokteran Muhammadiyah

Baca Juga

Djuanda
Profile Tokoh

Djuanda Kartawidjaja, Tokoh Muhammadiyah Penggagas Indonesia Maritim Dunia

13 Juni 2024
1.6k
dokter soetomo
Profile Tokoh

dr. Soetomo, Pahlawan Nasional dan Tokoh Kedokteran Muhammadiyah

13 Juni 2024
1.5k
Fatwa Ucapan Natal
Profile Tokoh

Buya Hamka, MUI dan Fatwa Perayaan Natal Bersama, Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

13 Juni 2024
1.5k
Next Post
dokter soetomo

dr. Soetomo, Pahlawan Nasional dan Tokoh Kedokteran Muhammadiyah

Djuanda

Djuanda Kartawidjaja, Tokoh Muhammadiyah Penggagas Indonesia Maritim Dunia

fatmawati tokoh nasional

Tokoh Muhammadiyah

Please login to join discussion

  • Djuanda

    Djuanda Kartawidjaja, Tokoh Muhammadiyah Penggagas Indonesia Maritim Dunia

    775 shares
    Share 310 Tweet 194
  • Begini Prinsip Menagih Utang yang Sesuai dengan Ajaran Islam

    766 shares
    Share 306 Tweet 192
  • PP Muhammadiyah Serukan Perdamaian Israel-Palestina

    756 shares
    Share 302 Tweet 189
  • Tayamum dengan Bedak, Bolehkah?

    765 shares
    Share 306 Tweet 191
  • PRIM Taiwan Tengah Digandeng BPKH untuk Semai Informasi Pendaftaran Haji bagi Diaspora Indonesia

    754 shares
    Share 302 Tweet 189

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Majelis Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

WIlayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

WIlayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

WIlayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat
  • Papua
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
  • Papua Selatan
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • M-ID
  • Masa App
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Privacy Policy

© 2024 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
Contoh Penggunaan Shortcode WordPress
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Account
  • Beranda
  • Brand Guideline
  • Homepage
  • Kontak
  • Log In
  • Media
  • My account
  • No Access
  • Organisasi
  • Privacy Policy
  • Profile
  • Quick Download Button
  • Sejarah
  • Tokoh
Login

© 2024 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.